Lama sekali saya tidak
terlibat lagi dengan teman-teman di Komisi Penanggulangan Aids (KPA) setelah
mundur dari jabatan sebagai sekretaris KPA Kabupaten Tanah Bumbu. biasanya
di daerah lain masih dilibatkan minimal sebagai keynote speaker. Kadang ada
rasa pengen kembali tapi kadang juga ada
rasa pengen dunia baru yang lebih banyak membutuhkan interaksi bisnis. berada diluar KPAK, saya mencoba mengamati
KPAK dari luar, Kira-kira apa yang menarik ya. ternyata saya baru menyadari bahwa posisi pada saat itu bisa memberikan banyak manfaat bagi orang banyak. Mengapa demikian, pertama
dalam keanggotaan KPAK terdapat 25 anggota kepala SKPD yang
tergabung didalamnya, termasuk kapolres. Kedua sebagai sekretaris mengetahui
data-data kongkrit seperti lokasi, siapa WPS, pelanggan, jam terjadinya
transaksi seks, berapa kasus HIV, berapa AIDS juga diketahui, bahkan jumlah kondom yang terpakai dalam satu malam juga diketahui. Ketiga sebagai sekretaris fasilitator
dalam mengumpulkan pengambil kebijakan dalam mencegah dan penanggulangan HIV AIDS.
Pertengahan
tahun 2015, pemkab menutup lokalisasi atau dibubarkan. Para WPS dipulangkan ke daerahnya masing-masing,
mucikari mencari pekerjaan baru dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Sepengetahuan saya, awalnya
lembaga ini mulai dari tingkat pusat sampai daerah lebih setuju jika “anak-anak”
ini dilokalisasikan daripada ditiadakan atau dibubarkan atau ditutup karena ini
akan lebih memudahkan menyampaikan mission ke mereka daripada mereka berpencar
membuka lokalisasi yang baru. Tapi ya sudahlah mungkin mengambil pelajaran dari
kota Subaraya dimana lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu bisa dibubarkan
oleh ibu Risma Walikota Surabaya.
Komentar
Posting Komentar